Pertama kali mendengar tentang boneka okiku ini sekitar 1 bulan silam tepatnya pada acara cerita horor radio malam jumat. Menurut penuturan orang yang pernah melihat boneka ini, boneka ini memang seram dengan segala nuansa non logisnya. Bagaimana bisa benda mati bisa menumbuhkan rambutnya terus menerus.

Hampir seperti jenglot, boneka ini benar-benar di luar nalar. Seorang peneliti jepang mengungkapkan bahwa dari hasil uji forensik rambut yang ditumbuhkan boneka ini sama persis dengan rambut pada anak usia 10 tahun.

Nama Okiku ini diambil dari seorang anak yang sedang bermain dengan boneka dengan ukuran tinggi 40 sentimeter, berpakaian kimono dengan mata hitam seperti manik-manik dan rambut yang lebat. Boneka Okiku telah ada di kuil Mannenji di kota Iwamizawa Prefektur Hokkaido) sejak tahun 1938.

Awalnya boneka ini dibeli tahun 1918 oleh seorang pemuda bernama Eikichi Suzuki di sapporo, Di sana ia melihat sebuah boneka cantik Jepang dengan Kimono. Boneka ini dibeli Eikichi untuk adiknya yang berumur 2 tahun yang bernama Okiku, anak ini sangat menyenangi boneka ini dan memainkannya setiap hari.

Tapi sayang, Okiku meninggal tak lama setelah itu karena demam. Kemudian pada saat pemakamannya, Keluarga ingin memasukkan boneka ke dalam peti mati-nya tapi entah mengapa mereka lupa. Keluarga gadis tersebut kemudian menempatkan boneka itu di altar rumah tangga dan berdoa untuk setiap hari dalam rangka memperingati Okiku.
Beberapa waktu kemudian, mereka melihat rambut mulai tumbuh.Menurut cerita ini merupakan roh dari gadis itu yang berlindung di dalam boneka itu.

Tahun 1938 keluarga Suzuki pindah ke shakalin, boneka okiku akhirnya dititipkan di kuil Mannenji di Hokkaido. Menurut pendeta di kuil itu, boneka tradisional jepang selalu berambut pendek, dia juga membenarkan kalau rambut boneka okiku terus memanjang, walaupun dipotong terus secara berkala, tapi rambutnya tumbuh terus. Menurut kuil, boneka tradisional awalnya memiliki rambut dipotong pendek, tapi seiring waktu terus bertambah panjang sekitar 25 sentimeter, hingga ke lutut boneka.Meskipun rambut boneka ini dipotong secara berkala , namun menurut cerita rambut tersebut tumbuh lagi.

Cerita ini telah menginspirasi berbagai macam film-film horor jepang populer salah satunya adalah film Haunted School.

 
Karuta (かるた?) adalah permainan kartu bergambar dari Jepang. Permainan ini paling sedikit dimainkan oleh tiga orang pemain, termasuk orang yang membacakan kartu. Karuta sering dimainkan sebagai salah satu tradisi tahun baru Jepang.

Karuta berasal dari carta, kosakata bahasa Portugis untuk surat, lembaran surat, atau kartu. Di Jepang, istilah karuta dulunya berarti permainan kartu remi. Namun pada zaman sekarang, karuta berarti hanafuda dan berbagai jenis permainan yang memakai satu set kartu yang terdiri dari yomifuda (読札?, kartu untuk dibaca) dan torifuda (取り札?, kartu untuk diambil). Setiap kartu yomifuda berisi kata-kata untuk dibacakan. Pembaca kartu adalah orang yang tidak ikut bermain, dan sekaligus berperan sebagai wasit.

Sejarah Permainan karuta berasal dari "permainan mencocokkan cangkang kerang" pada zaman Heian. Sejumlah cangkang atas dan cangkang bawah dipisahkan, dan diacak untuk kemudian dicarikan pasangannya yang tepat. Permukaan cangkang kerang dilukis dengan gambar-gambar agar lebih menarik untuk dimainkan.

Pada zaman Sengoku, permainan kartu berisi puisi Hyakunin Isshu mulai dimainkan oleh bangsawan istana, dan belum merupakan permainan rakyat. Dengan kemajuan teknik percetakan cukil kayu pada zaman Edo, harga kartu untuk bermain karuta menjadi terjangkau oleh rakyat biasa yang mendorong kepopuleran karuta sebagai permainan rakyat.[1]

Jenis Dua jenis karuta yang sering dimainkan adalah uta garuta (kartu puisi) dan iroha-garuta (kartu iroha).

Uta garuta Satu set uta garuta terdiri dari 200 lembar kartu. Kartu yomifuda berisi tanka dari antologi puisi klasik Hyakunin Isshu dan gambar potret penyair yang menciptakannya. Tanka terdiri dari lima baris dengan pola mora 5-7-5-7-7. Bait bagian atas (5-7-5) disebut kami-no-ku dan bait bagian bawah (7-7) disebut shimo-no-ku. Sebuah tanka ditulis secara lengkap pada yomifuda, sementara torifuda hanya berisi bait bagian bawah dan tanpa gambar. Tanka pada masing-masing yomifuda dibacakan hingga ada pemain yang menemukan torifuda yang cocok. Pemain sering kali sudah bisa menebak kartu yang harus diambil sebelum sebuah tanka selesai dibacakan.

Iroha garuta Berbeda halnya dengan uta-garuta, anak-anak yang baru bisa membaca hiragana sudah dapat bermain iroha-garuta. Anak-anak biasanya bermain iroha garuta untuk belajar mengenal aksara.

Satu set iroha garuta terdiri dari 96 lembar kartu (yomifuda dan torifuda). Setiap aksara dalam susunan mengabjad bahasa Jepang (gojūon) memiliki sepasang kartu dalam bentuk yomifuda dan torifuda. Isi yomifuda adalah peribahasa, sementara torifuda berisi gambar yang cocok dengan isi peribahasa dalam yomifuda yang menjadi pasangannya. Pada torifuda, aksara pertama dari peribahasa ditulis dengan hiragana dalam ukuran besar yang mencolok.

Aturan
  • Di hadapan pemain, satu set torifuda dijajarkan di atas bidang rata (di atas tatami), agar mudah dilihat dan diambil pemain.
  • Dua pemain atau lebih berusaha secepat-cepatnya untuk menemukan dan mengambil torifuda yang cocok. Kartu yang tepat ditepuk dengan telapak tangan sebelum diambil. Bergantung kepada jenis kartu yang dimainkan, kartu yang diambil adalah kartu yang berisi aksara kana (gambar) atau lanjutan tanka yang sedang dibacakan. Begitu seterusnya hingga semua yomifuda selesai dibacakan, dan semua torifuda terkumpul. Pemenang adalah pemain yang mengumpulkan kartu terbanyak.
Asosiasi Karuta Jepang memiliki peraturan sendiri untuk pertandingan karuta Hyakunin Isshu. Hanya separuh dari keseluruhan kartu yang dipakai dalam pertandingan.[2]



 
Jepang memiliki banyak mainan tradisional yang telah menghibur anak-anak dari generasi ke generasi. Dalam era modern seperti ini, beberapa mainan tradisional ini masih sangat populer di kalangan generasi muda Jepang. Kebanyakan dari mereka memainkannya pada saat tahun baru.

Inilah 15 mainan tradisional Jepang:

1. Koma (Gasing)
Komabisa terbuat dari berbagai material/bahan dan terdiri dari beberapa tipe. Cara mainnya adalah dengan memutarkan gasing menggunakan tali. Beigoma, sejenis Koma, sangat popular di Jepang pada tahun 1920an, terbuat dari besi.



2. Ohajiki/B-dama
Ohajiki adalah permainan dengan menggunakan kelereng berbentuk pipih ((ohajiki) dengan diameter 1-1.5 cm. Peraturan dasar dari permainan ini adalah kita harus membidik dan menembak  ohajiki-ohajiki tersebut. Ohajiki yang berhasil ditembak, boleh diambil sang penembak. Permainan ini lebih sering dimainkan oleh anak perempuan.
 


3. Daruma Otoshi
Permainan ini menggunakan boneka Daruma yang terdiri dari 5 bagian, biasanya tiap bagian sewarna dengan warna pelangi (biru, merah, kuning, dan hijau). Dimainkan dengan menggunakan palu kecil yang akan memukul tiap bagian, mulai dari bawah ke atas. Selama permainan, selain bagian yang dipukul, bagian lainnya tidak boleh jatuh.

  

 
4. Otedama
Otedama biasa dimainkan oleh anak perempuan Jepang. Terdiri dari 5 kantung kecil yang berisi kacang-kacangan. Cara mainnya adalah dengan melempar dan menangkap kantung tersebut. Ada dua formasi dasar dari otedama, yaitu nagedama dan yosedama. Nagedama cara bermainnya adalah dengan melempar dan menangkap, seperti juggling. Yosedama lebih seperti bermain bekel, tetapi dengan menggunakan kantung kecil.



5. Menko
Menko merupakan permainan dengan menggunakan kartu bergambar, berbentuk lingkaran maupun persegi, dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Cara mainnya adalah setiap pemain berusaha membalikkan kartu lawan dengan cara menyerang atau melempar satu kartu ke kartu lainnya. Jika berhasil, kartu yang terbalik boleh diambil. Pemenangnya adalah pemain yang memiliki kartu paling banyak di akhir permainan.
 


6. Tako (Layangan)
Layangan di Jepang terdiri dari berbagai macam bentuk dan ukuran, serta sering dihiasi dengan gambar. Ada permainan perang layangan, dimana setiap pemain saling berusaha memutuskan benang layangan para lawannya.


 
7.Takeuma (Egrang)
Cara bermain Takeuma sama dengan bermain egrang di Indonesia. Pemain berjalan dengan menggunakan 2 buah tongkat panjang yang dipasangkan papan kecil ditiap tongkat sebagai pijakan. Semakin tinggi papan, maka akan semakin sulit untuk menyeibangkan badan,


 
8. Ayatori
Ayatori adalah permainan dengan menggunakan tali yang dibuat menjadi berbagai macam bentuk, biasanya dimainkan oleh anak perempuan
 


9. Kendama
Kendama, mainan ini terdiri dari ken (berbentuk semacam palu) dan Dama/Tama sebuah bola yang terhubung dengan Ken oleh tali. Dalam Kendama, ada 1.000 lebih teknik untuk memainkannya. Teknik paling dasar adalah melemparkan bola ke atas, kemudian menangkapnya dengan menggunakan Ken, baik ke bagian yang berbentuk mangkuk, ataupun ke bagian paling atas dari Ken).


 

10. Kamizumo
Cara bermain Kamizumo adalah taruh para pemain sumo buatan, biasanya terbuat dari kertas (2 pemain), kemudian letakkan di arena yang juga terbuat dari kertas. Pukul-pukul arena untuk menjatuhkan lawan. Pemenangnya adalah yang bertahan terakhir di arena Sumo.
 


11. Maritsuki
Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak perempuan. Mereka akan memantulkan temari (bola yang terbuat dari sutra berwarna-warni) sambil menyanyikan lagu-lagu indah.
 


12. Sugoroku
Sugoroku adalah permainan papan dari Jepang, dimana para pemain melemparkan dadu, kemudian menggerakkan bidak mereka sesuai dengan angka pada dadu. Ada 2 cara untuk memainkan Sugoroku. Pertama, Sugoroku dimainkan seperti permainan ular tangga. Kedua, dimainkan seperti permainan backgammon.
 


13. Hanetsuki
Hanetsuki sama seperti permainan badminton tanpa menggunakan net. Permainan ini menggunakan raket yang disebut hagoita, terbuat dari kayu berbentuk persegi panjang, dan kok yang berwarna-warni. Sering dimainkan oleh para anak perempuan di tahun baru. Ada 2 cara bermain Hanetsuki. Pertama, bersaing memukul kok tinggi-tinggi selama mungkin. Kedua, saling memukul kok antara pemain satu dengan lainnya (seperti badminton). Pemain yang gagal memukul akan menerima hukuman, yaitu wajahnya akan dicoret dengan menggunakan tinta.


 
14. Fukuwarai
Permainan ini biasa dimainkan pada tahun baru. Pemain ditutup matanya, lalu dia harus menempelkan bagian-bagian muka (mata, hidung, mulut) ke sebuah papan bergambar muka.
 


15. Nawatobi
Nawatobi adalah permainan lompat tali di Jepang. Dua orang memegang ujung masing-masing tali dan memutar tali, kemudian pemain lain lompat ke dalam putaran tali tersebut. Dapat juga dimainkan sendirian.